Negeri Beruang Putih itu akan absen dalam gelaran Olimpiade Tokyo 2020, Piala Dunia 2022 di Qatar, dan Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.
Keputusan itu diambil setelah AS menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk berdebat dengan posisi apa yang akan diambil pada Olimpiade, yang diselenggarakan pada Februari tahun oleh negara yang dituduh melakukan "genosida" terhadap Muslim Uyghur di wilayah barat laut Xinjiang.
Komentar itu muncul setelah Amerika Serikat (AS) mengatakan minggu ini bahwa mereka tidak akan mengirim pejabat pemerintah ke Olimpiade Musim Dingin 2022 karena "kekejaman" hak asasi manusia China.
Pada Senin (6/12), Gedung Putih mengatakan pejabat pemerintah AS akan memboikot Olimpiade Musim Dingin karena "kekejaman" hak asasi manusia China, meskipun atlet AS bebas bepergian ke sana untuk bersaing.
Keputusan itu dibuat karena perjuangan Australia membuka kembali saluran diplomatik dengan China untuk membahas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang dan langkah Beijing memperlambat dan memblokir impor barang-barang Australia.
Johnson, mengikuti sikap sekutunya, Amerika Serikat (AS) dengan tidak mengirim perwakilan resmi pemerintah ke ajang yang bakal digelar di Beijing pada Februari. Terakhir, soal kasus pelecehan seksual terhadap petenis terkemuka, Peng Shuai.
Awal pekan ini, Washington mengumumkan boikot diplomatik terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022. Langkah tersebut kemudian diikuti sekutnya, Australia, Inggris, dan Kanada.
Kehadirannya yang dikonfirmasi datang di tengah boikot diplomatik yang dipimpin Amerika Serikat (AS) untuk memprotes catatan hak asasi manusia China, yang diikuti oleh Australia, Inggris, Kanada, dan Jepang.
Aplikasi MY2022 dibangun oleh Komite Penyelenggara Beijing terutama untuk melacak dan membagikan informasi medis terkait COVID-19 di antara para atlet selama Olimpiade.